Kamis, 13 Desember 2012

Seekor Ulat Dan Pohon Mangga



Seekor ulat yang kelaparan terdampar di tanah tandus. Dengan lemas ia menghampiri pohon mangga sambil berkata, “Aku lapar.. Bolehkah aku makan daunmu?”

Pohon mangga menjawab, “Tanah di sini tandus, daunku pun tidak banyak! Apabila kau makan daunku, nanti akan berlubang dan tidak kelihatan cantik lagi. Lalu aku mungkin akan mati kekeringan.

Hmmm… tapi baiklah, kau boleh naik dan memakan daunku. Mungkin hujan akan datang dan daunku akan tumbuh kembali.”

Ulat naik dan mulai makan daun-daunan. Ia hidup di atas pohon itu sampai menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang cantik.


Hai pohon mangga, lihatlah aku sudah menjadi kupu-kupu. :) Terima kasih karena telah mengizinkan aku hidup di tubuhmu. Sebagai balas budi, aku akan membawa serbuk sari hingga bungamu dapat berbuah.”

Kutipan
Kalau kita membantu orang yang kesusahan dengan ikhlas, pastilah kita akan mendapatkan kebaikan yang sepadan.

Minggu, 02 Desember 2012

Sekilas Sejarah Prabu Kiansantang/Syeh Sunan Rohmat Suci



Godog adalah suatu daerah pedesaan yang indah dan nyaman berjarak 10 km kearah timur dari kota Garut. Berada pada desa Lebakagung, kecamatan Karangpawitan, kabupaten Garut. Disana terdapat makam Prabu Kiansantang atau yang dikenal dengan sebutan Makam Godog Syeh Sunan Rohmat Suci.

Hampir setiap waktu banyak masyarakat yang ziarah, apalagi pada bulan-bulan Maulud. Prabu Kiansantang atau Syeh Sunan Rohmat Suci adalah salah seorang putra keturunan raja Pajajaran yang bernama prabu Siliwangi dari ibunya bernama Dewi Kumala Wangi. Mempunyai dua saudara yang bernama Dewi Rara Santang dan Walang Sungsang.

Prabu Kiansantang lahir tahun 1315 Masehi di Pajajaran yang sekarang Kota Bogor. Pada usia 22 tahun tepatnya tahun 1337 masehi Prabu Kiansantang diangkat menjadi dalem Bogor ke 2 yang saat itu bertepatan dengan upacara penyerahan tongkat pusaka kerajaan dan penobatan Prabu Munding Kawati, putra Sulung Prabu Susuk Tunggal, menjadi panglima besar Pajajaran. Guna mengenang peristiwa sakral penobatan dan penyerahan tongkat pusaka Pajajaran tersebut, maka ditulislah oleh Prabu Susuk Tunggal pada sebuah batu, yang dikenal sampai sekarang dengan nama Batu Tulis Bogor.

Peristiwa itu merupakan kejadian paling istimewa di lingkungan Keraton Pajajaran dan dapat diketahui oleh kita semua sebagai pewaris sejarah bangsa khususnya di Jawa Barat. Prabu Kiansantang merupakan sinatria yang gagah perkasa, tak ada yang bisa mengalahkan kegagahannya. Sejak kecil sampai dewasa yaitu usia 33 tahun, tepatnya tahun 1348 Masehi, Prabu Kiansantang belum tahu darahnya sendiri dalam arti belum ada yang menandingi kegagahannya dan kesaktiannya disejagat pulau Jawa.

Sering dia merenung seorang diri memikirkan, "dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi kesaktian dirinya". Akhirnya Prabu Kiansantang memohon kepada ayahnya yaitu Prabu Siliwangi supaya mencarikan seorang lawan yang dapat menandinginya. Sang ayah memanggil para ahli nujum untuk menunjukkan siapa dan dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi Prabu Kiansantang. Namun tak seorangpun yang mampu menunjukkannya.

Tiba-tiba datang seorang kakek yang memberitahu bahwa orang yang dapat menandingi kegagahan Prabu Kiansantang itu adalah Sayyidina Ali, yang tinggal jauh di Tanah Mekah. Sebetulnya pada waktu itu Sayyidina Ali telah wafat, namun kejadian ini dipertemukan secara goib dengan kekuasaan Alloh Yang Maha Kuasa.

Lalu orang tua itu berkata kepada Prabu Kiansantang: "Kalau memang anda mau bertemu dengan Sayyidina Ali harus melaksanakan dua syarat: Pertama, harus mujasmedi dulu di ujung kulon. Kedua, nama harus diganti menjadi Galantrang Setra (Galantrang - Berani, Setra - Bersih/ Suci). Setelah Prabu Kiansantang melaksanakan dua syarat tersebut, maka berangkatlah dia ke tanah Suci Mekah pada tahun 1348 Masehi.

Setiba di tanah Mekah beliau bertemu dengan seorang lelaki yang disebut Sayyidina Ali, namun Kiansantang tidak mengetahui bahwa laki-laki itu bernama Sayyidina Ali. Prabu Kiansantang yang namanya sudah berganti menjadi Galantrang Setra menanyakan kepada laki-laki itu: "Kenalkah dengan orang yang namanya Sayyidina Ali?" Laki-laki itu menjawab bahwa ia kenal, malah bisa mengantarkannya ke tempat Sayyidina Ali.

Sebelum berangkat laki-laki itu menancapkan dulu tongkatnya ke tanah, yang tak diketahui oleh Galantrang Setra. Setelah berjalan beberapa puluh meter, Sayyidina Ali berkata, "Wahai Galantrang Setra tongkatku ketinggalan di tempat tadi, coba tolong ambilkan dulu." Semula Galantrang Setra tidak mau, namun Sayyidina Ali mengatakan, "Kalau tidak mau ya tentu tidak akan bertemu dengan Sayyidina Ali."

Terpaksalah Galantrang Setra kembali ketempat bertemu, untuk mengambilkan tongkat. Setibanya di tempat tongkat tertancap, Galantrang Setra mencabut tongkat dengan sebelah tangan, dikira tongkat itu akan mudah lepas. Ternyata tongkat tidak bisa dicabut, malahan tidak sedikitpun berubah. Sekali lagi dia berusaha mencabutnya, tetapi tongkat itu tetap tidak berubah. Ketiga kalinya, Galantrang Setra mencabut tongkat dengan sekuat tenaga dengan disertai tenaga bathin. Tetapi dari pada kecabut, malahan kedua kaki Galantrang Setra amblas masuk ke dalam tanah, dan keluar pulalah darah dari seluruh tubuh Galantrang Setra.

Sayyidina Ali mengetahui kejadian itu, maka beliaupun datang. Setelah Sayyidina Ali tiba, tongkat itu langsung dicabut sambil mengucapkan Bismillah dan dua kalimat syahadat. Tongkatpun terangkat dan bersamaan dengan itu hilang pulalah darah dari tubuh Galantrang Setra. Galantrang Setra merasa heran kenapa darah yang keluar dari tubuh itu tiba-tiba menghilang dan kembali tubuhnya sehat.

Dalam hatinya ia bertanya. "Apakah kejadian itu karena kalimah yang diucapkan oleh orang tua itu tadi?”. Kalaulah benar, kebetulan sekali, akan kuminta ilmu kalimah itu. Tetapi laki-laki itu tidak menjawab. Alasannya, karena Galantrang Setra belum masuk Islam. Kemudian mereka berdua berangkat menuju kota Mekah. Setelah tiba di kota Mekah, dijalan ada yang bertanya kepada laki-laki itu dengan sebutan Sayyidina Ali. "Kenapa anda Ali pulang terlambat?”. Galantrang Setra kaget mendengar sebutan Ali tersebut.

Ternyata laki-laki yang baru dikenalnya tadi namanya Sayyidina Ali. Setelah Prabu Kiansantang meninggalkan kota Mekah untuk pulang ke Tanah Jawa (Pajajaran) dia terlunta-lunta tidak tahu arah tujuan, maka dia berpikir untuk kembali ke tanah Mekah lagi. Maka kembalilah Prabu Kiansantang dengan niatan akan menemui Sayyidina Ali dan bermaksud masuk agama Islam. Pada tahun 1348 Masehi Prabu Kiansantang masuk agama Islam, dia bermukim selama dua puluh hari sambil mempelajari ajaran agama Islam. Kemudian dia pulang ke tanah Jawa (Pajajaran) untuk menengok ayahnya Prabu Siliwangi dan saudara-saudaranya. Setibanya di Pajajaran dan bertemu dengan ayahnya, dia menceritakan pengalamannya selama bermukim di tanah Mekah serta pertemuannya dengan Sayyidina Ali. Pada akhir ceritanya dia memberitahukan dia telah masuk Islam dan berniat mengajak ayahnya untuk masuk agama Islam. Prabu Siliwangi kaget sewaktu mendengar cerita anaknya yang mengajak masuk agama Islam. Sang ayah tidak percaya, malahan ajakannya ditolak. Tahun 1355 Masehi Prabu Kiansantang berangkat kembali ke tanah Mekah, jabatan kedaleman untuk sementara diserahkan ke Galuh Pakuan yang pada waktu itu dalemnya dipegang oleh Prabu Anggalang. Prabu Kiansantang bermukim di tanah Mekah selama tujuh tahun dan mempelajari ajaran agama Islam secara khusu. Merasa sudah cukup menekuni ajaran agama Islam, kemudian beliau kembali ke Pajajaran tahun 1362 M. Beliau berniat menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa. Kembali ke Pajajaran, disertai oleh Saudagar Arab yang punya niat berniaga di Pajajaran sambil membantu Prabu Kiansantang menyebarkan agama Islam. Setibanya di Pajajaran, Prabu Kiansantang langsung menyebarkan agama Islam di kalangan masyarakat, karena ajaran Islam dalam fitrohnya membawa keselamatan dunia dan akhirat. Masyarakat menerimanya dengan tangan terbuka. Kemudian Prabu Kiansantang bermaksud menyebarkan ajaran agama Islam di lingkungan Keraton Pajajaran.

Setelah Prabu Siliwangi mendapat berita bahwa anaknya Prabu Kiansantang sudah kembali ke Pajajaran dan akan menghadap kepadanya. Prabu Siliwangi yang mempunyai martabat raja mempunyai pikiran. "Dari pada masuk agama Islam lebih baik aku muninggalkan istana keraton Pajajaran". Sebelum berangkat meninggalkan keraton, Prabu Siliwangi merubah Keraton Pajajaran yang indah menjadi hutan belantara. Melihat gelagat demikian, Prabu Kiansantang mengejar ayahnya. Beberapa kali Prabu Siliwangi terkejar dan berhadapan dengan Prabu Kiansantang yang langsung mendesak sang ayah dan para pengikutnya agar masuk Islam. Namun Prabu Siliwangi tetap menolak, malahan beliau lari ke daerah Garut Selatan ke salah satu pantai. Prabu Kiansantang menghadangnya di laut Kidul Garut, tetapi Prabu Siliwangi tetap tidak mau masuk agama Islam.

Dengan rasa menyesal Prabu Kiansantang terpaksa membendung jalan larinya sang ayah. Prabu Siliwangi masuk kedalam gua, yang sekarang disebut gua sancang Pameungpeuk. Prabu Kiansantang sudah berusaha ingin meng Islamkan ayahnya, tetapi Alloh tidak memberi taufiq dan hidayah kepada Prabu Siliwangi.

Prabu Kiansantang kembali ke Pajajaran, kemudian dia membangun kembali kerajaan sambil menyebarkan agama Islam ke pelosok-pelosok daerah, dibantu oleh saudagar arab sambil berdagang. Namun istana kerajaan yang diciptakan oleh Prabu Siliwangi tidak dirubah, dengan maksud pada akhir nanti anak cucu atau generasi muda akan tahu bahwa itu adalah peninggalan sejarah nenek moyangnya.

Sekarang lokasi istana itu disebut Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1372 Masehi Prabu Kiansantang menyebarkan agama Islam di Galuh Pakuwan dan dia sendiri yang mengkhitanan orang yang masuk agama Islam. Tahun 1400 Masehi, Prabu Kiansantang diangkat menjadi Raja Pajajaran menggantikan Prabu Munding Kawati atau Prabu Anapakem I. Namun Prabu Kiansantang tidak lama menjadi raja karena mendapat ilham harus uzlah, pindah dari tempat yang ramai ketempat yang sepi.

Dalam uzlah itu beliau diminta agar bertafakur untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, dalam rangka mahabah dan mencapai kema'ripatan. Kepada beliau dimintakan untuk memilih tempat tafakur dari ke 3 tempat yaitu Gunung Ceremai, Gunung Tasikmalaya, atau Gunung Suci Garut. Waktu uzlah harus dibawa peti yang berisikan tanah pusaka. Peti itu untuk dijadikan tanda atau petunjuk tempat bertafakur nanti, apabila tiba disatu tempat peti itu godeg/ berubah, maka disanalah tempat dia tafakur, dan kemudian nama Kiansantang harus diganti dengan Sunan Rohmat. Sebelum uzlah Prabu Kiansantang menyerahkan tahta kerajaan kepada Prabu Panatayuda putra tunggal Prabu Munding Kawati. Setelah selesai serah terima tahta kerajaan dengan Prabu Panatayuda, maka berangkatlah Prabu Kiansantang meninggalkan Pajajaran.

Yang dituju pertama kali adalah gunung Ceremai. Tiba disana lalu peti disimpan diatas tanah, namun peti itu tidak godeg alias berubah. Prabu Kiansantang kemudian berangkat lagi ke gunung Tasikmalaya, disana juga peti tidak berubah. Akhirnya Prabu Kiansantang memutuskan untuk berangkat ke gunung Suci Garut. Setibanya di gunung Suci Garut peti itu disimpan diatas tanah secara tiba-tiba berubah/ godeg.

Dengan godegnya peti tersebut, itu berarti petunjuk kepada Prabu Kiansantang bahwa ditempat itulah, beliau harus tafakur untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tempat itu kini diberi nama Makam Godog. Prabu Kiansantang bertafakur selama 19 tahun. Sempat mendirikan Mesjid yang disebut Masjid Pusaka Karamat Godog yang berjarak dari makam godog sekitar kurang lebih 1 Km. Prabu Kiansantang namanya diganti menjadi Syeh Sunan Rohmat Suci dan tempatnya menjadi Godog Karamat. Beliau wafat pada tahun 1419 M atau tahun 849 Hijriah. Syeh Sunan Rohmat Suci wafat ditempat itu yang sampai sekarang dinamakan Makam Sunan Rohmat Suci atau Makam Karamat Godog.

Kamis, 14 Juni 2012

Elang


Aku ingin terbang tinggi
Seperti elang
Melewati siang malam
Menembus awan

Ini tanganku untuk kau genggam
Ini tubuhku untuk kau peluk
Ini bibirku untuk kau cium
Tapi tak bisa kau miliki... aku

Tak usah kau terus tangisi kepergianku
Air mata takkan memanggilku
Untuk kembali...

Aku adalah mimpi - mimpi sedang melintasi
Sang perawan yang bermain dengan perasaan

Aku adalah mimpi - mimpi, tiada arti
Aku ingin terbang tinggi seperti elang



Rabu, 13 Juni 2012

Aku Ingin Punyai Ketulusan seperti Matahari


Aku ingin memetik bintang dan berlari kearahmu
 mengubahnya menjadi mawar dan kuberikan untukmu,
 bukan untuk apa - apa…….
 Hanya ingin membuatmu tersenyum manis di hari ini.

Sejujurnya…….
 aku pernah memandangmu sangat dalam..!!!
 saat engkau menggoreskan pena pada sebuah buku,
 menatapmu seperti seorang bidadari yang diam.
 Sambil simpulkan senyum di raut wajah yg pernah aku lihat dulu.

Andai aku bisa meminta bulan tuk bersenandung…
 malam ini saja…,
 biar bulan yang menyanyikanya
 dan aku yg memetik gitar sebagai pengiringnya,
 hanya membawakan lagu sederhana saja……
 Agar hati ini sedikit tersenyum manis untuk satu rindu.

Lihatlah dirimu….memang kau tak sebegitu indah
 dari paras-paras yg setia menjadi bintang untuk bulanya
 namun kau cukup manis untuk aku lihat………………
 Mereka mungkin juga sama sepertiku ketika melihatmu

Jika tangan ini punyai kharisma seperti khalil gibran,
 mungkin aku takkan berhenti menulis keindahanmu dalam puisi ini.
 Namun menulis perasaanku tentangmu disini…itu cukup…!!!

Tak penting seberapa besar pengorbanan yg dilakukan matahari,
 yg tak pernah bertemu sang rembulan untuk tersenyum kearahnya.
 Namun dia selalu berikan separuh sinarnya untuk membuatnya indah,
 agar dia tampak special di hadapan bintang….

Kamu Yang Aku Butuhkan


Aku tahu bahwa dia menungguku
bagi aku untuk mengatakan selamanya
Aku tahu, bahwa aku kadang-kadang
hanya tidak tahu bagaimana menceritakan

Aku ingin memegang dan menciumnya
memberinya cinta aku, membuatnya percaya
dia tidak tahu

Kamu harus di sampingku
Kamu harus mengubah dunia aku
Kamu yang aku inginkan di dalam hatiku
Kamu aku butuhkan pada saat kita terpisah
Kamu yang aku butuhkan

Aku tahu bahwa dia selalu
ada ketika aku membutuhkannya
Aku tahu bahwa aku pernah
mengatakan betapa aku mencintainya

Aku melihat wajahnya di hadapanku
Aku melihat di matanya
hanya bertanya-tanya mengapa
dia tidak tahu

Katakan bahwa Kamu akan ada
setiap kali aku menjangkau merasa tangan Kamu di genggaman
tinggal dan tinggal di dalam hatiku
setiap kali aku sendirian, aku tahu bahwa Kamu berada di sana
semua yang aku butuhkan adalah Kamu

Cukup Siti Nurbaya



Oh.. masih ada, belenggu ruang cinta
Meresap kini, di dinding zaman
Mencoba-coba kikis naluri
Agitasi murahan yang ada lagi
Mohon acuhkan palingkan muka

Oh.. memang dunia, buramkan satu logika
Seolah-olah, hidup kita ini,
hanya ternilai sebatas rupiah 

Dengarkan manusia yang terasah falsafah
Sesaat katanya itu bukan dogma

Katakan.. pada mama
Cinta bukan hanya harta dan tahta
Pastikan pada semua
Hanya cinta yang sejukkan dunia
bukan itu mama.. bukan itu papa

Oh.. cukup Siti Nurbaya yang mengalami pahitnya dunia
Hidupku kamu, dan mereka semua takkan ada yang bisa
Memaksakan jalan hidup yang kan tertempuh
Dengarkan manusia yang terasah oleh falsafah
Sesaat katanya itu bukan dogma




By : Dewa 19

Kangen


Kutrima suratmu `Tlah kubaca dan aku mengerti
Betapa merindunya dirimu aKan hadirnya diriku
Didalam hari-harimu Bersama lagi
 

Kau tanyakan padaku Kapan aku akan kembali lagi
Katamu kau tak kuasa Melawan gejolak didalam dada
Yang membara menahan rasa Pertemuan kita nanti
Saat bersama dirimu
 

Semua kata rindumu
Semakin membuatku `tak berdaya
Menahan rasa ingin jumpa
Percayalah padaku akupun rindu kamu
Ku akan pulang Melepas semua kerinduan
Yang terpendam.....
 

Kau tuliskan padaku Kata cinta
Yang manis dalam suratmu
Kau katakan padaku Saat ini
Kuingin hangat pelukmu
Dan belai lembut kasihmu
Takkan kulupa slamanya
Saat kau ada di sisiku
 

Jangan katakan cinta
Menambah beban rasa
Sudah simpan saja sedihmu itu
Ku akan datang.....


By : Dewa 19




Hadapi Dengan Senyuman


Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi
Biar terjadi .
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua... kan baik baik saja

Bila ketetapan tuhan
Sudah ditetapkan
Tetaplah sudah.
Tak ada yang bisa merubah
Dan takkan bisa berubah

Relakanlah saja ini
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang



Kirana


Kucoba memahami tempatku berlabuh
Terdampar dikeruhnya satu sisi dunia

Hadir di muka bumi tak tersaji indah
Kuingin rasakan cinta...

Lusuh lalu tercipta mendekap diriku

Hanya usang sahaja kudamba Kirana
Ratapan mulai usang, nur yang kumohon
Kuingin rasakan cinta..
Manis seperti mereka...

Ayah bunda tercinta satu yang tersisa
Mengapa kau tiupkan nafasku ke dunia
Hidup tak kusesali mungkin kutangisi
Kuingin rasakan cinta...

Peluhkupun mengering menanti jawabmu
Tak akan pernah usai cintaku padamu
Hanya kata yang lugas yang kini tercipta
Kuingin rasakan cinta... 

Semakin jauh kumelangkah
Semakin perih jejak langkahku
Harikupun semakin sombong
Meski hidup terus berjalan.... terus berjalan

Kirana jamah aku jamahlah rinduku
Hanya wangi terurai yang dapat kucumbu
Ayah bunda tercinta satu yang tersisa
Yang dapat kau tiupkan nafasku ke dunia
Hidup tak kusesali mungkin kutangisi
Kuingin rasakan cinta

Manis seperti mereka
Tulus seperti adanya
Suci seperti dirimu
Ingin rasakan cintamu

Kirana jamah aku jamahlah rinduku
Tak akan pernah usai cintaku padamu
Hanya kata yang lugas yang kini tersisa
Kuingin rasakan cinta......


Paku


Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk
mengurangi kebiasaan marah sang anak. ayahnya memberikan
sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah
paku di pagar belakang setiap kali dia marah „.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia
marah ... Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati
bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan
paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa
mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia
memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan
agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya
bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun
anaknya ke pagar. "Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi,
lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama
seperti sebelumnya. "Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam
kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini... di hati
orang lain.

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu
... Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf. luka itu akan tetap
ada ... dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka

Minggu, 10 Juni 2012

Aku Akan Menjadi


Tidak ada yang bisa mengatakan kepada Kamu.
Tidak ada yang aku bisa lakukan untuk membuat Kamu melihat,
Kamu berarti bagi aku.
Tetapi Kamu tetap tidak pernah mengatakan selamat tinggal.
Dan sekarang aku tahu seberapa jauh Kamu akan pergi.

Aku tahu aku mengecewakanmu,
Tapi bukan seperti itu sekarang
Kali ini aku tidak akan membiarkan engkau pergi.

Aku akan menjadi semua yang Kamu inginkan,
Dan mendapatkan diriku.
Karena
Kamu jauhkan aku dari keburukan.

Sepanjang hidupku, aku akan bersamamu selamanya
Untuk mendapatkan Kamu melalui hari
Dan membuat semuanya baik-baik saja.

Aku berpikir bahwa aku memiliki semua yang,
aku tidak tahu apa hidup bisa membawa
Tapi sekarang aku lihat, jujur..??
Kamu satu hal aku punya.
Kini aku bisa bernapas karena
Kamu di sini bersamaku.

Dan jika aku mengecewakan Kamu
aku akan mengubahnya seluruh
Karena aku tidak akan pernah membiarkan Kamu pergi.

Aku akan menjadi semua yang Kamu inginkan
Dan mendapatkan diriku.
Karena
Kamu jauhkan aku dari keburukan.

Sepanjang hidupku, aku akan bersamamu selamanya,
Untuk mendapatkan Kamu melalui hari
Dan membuat semuanya baik-baik saja
Karena tanpa Kamu, aku tidak bisa tidur.


Aku tidak pernah membiarkan Kamu, meninggalkan aku.
Kamu yang aku punya, Kamu yang kuinginkan.

Tanpa Kamu, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan.
Aku tidak pernah bisa pernah hidup sehari tanpa Kamu
Di sini dengan aku, apakah Kamu melihat, Kamu  yang aku butuhkan,,?

Kau Dan Pikiranmu


Pada pikiranmu...
 Mungkin aku cuma jentik-jentik nyamuk
 Namun bila itu adanya
 Kamu memang benar

Suatu hari nanti aku akan menjadi nyamuk mungil
 Menggigit pipimu menghisap darah kamu
 Agar ada kamu pada aku

Pada pikiranmu...
 Nyamuk itu akan terus mengganggu tanpa bosan
 dan menjadi jinak bila perlu
 Andaikan itu adanya
 Kamu memang benar

Suatu hari nanti aku akan terus mendengung berkeliaran di sekitarmu.
 Bersuara tanpa kau tahu artinya

Aku si nyamuk, berusaha bilang terus menerus hingga menggerus waktu,
 hingga suatu saat waktu akan membuktikan bahwa ,,,
 Aku butuh kamu

Saya Mampu Menunggu Selamanya


Ketika Kamu mengatakan, aku kehilangan hal yang Kamu lakukan,  Aku hanya ingin kembali dekat lagi kepada Kamu.
  Tetapi untuk sekarang, suara Kamu cukup dekat,
  Betapa aku merindukanmu, ketika aku merindukanmu, cinta.

Dan meskipun,
  Semua hari-hari yang lewati aku dengan begitu lambat,
  Semua kekosongan dalam diriku mengalir, di sekeliling,
  Dan tidak ada jalan keluar
  Aku hanya berfikir begitu banyak dari Kamu,
  Tidak pernah ada keraguan ...

  Aku bisa menunggu selamanya, jika Kamu mengatakan Kamu akan berada di sana, selalu.
  Aku bisa menunggu selamanya, jika Kamu mau, aku tahu itu layak semua
  Untuk menghabiskan hidup aku sendiri dengan Kamu.

  Ketika memandang, seolah-olah hidup aku salah,
  Kamu mengambil cinta aku dan memberikan suatu tempat
  Aku akan di sini, ketika harapan tak terlihat,
  Aku hanya berharap bahwa aku ada di sebelah Kamu malam ini.  Aku akan menjangkau untuk Kamu meskipun,
  Kamu akan berada di tempat lain, cinta aku akan pergi
  seperti burung, pada itu perjalanan pulang
  Aku tidak pernah bisa membiarkan engkau pergi, dan aku hanya ingin kau tahu ...
  Di mana Kamu tahu?
  Sendirian, dengan pikiran kita berbagi
  Jauhkan mereka kuat entah bagaimana,
  Dan kau tahu, aku akan selalu ada ...

  Aku bisa menunggu selamanya, jika Kamu mengatakan Kamu akan berada di sana, selalu.
  Aku bisa menunggu, selamanya jika Kamu mau, aku tahu itu layak semua
  Untuk menghabiskan hidup aku sendiri ...
    Aku bisa menunggu, selamanya jika Kamu mau, aku bisa menunggu selamanya atau lebih ...

Aku bisa menunggu selamanya.

Kamis, 07 Juni 2012

Jejak Kaki Yang Bermakna

Sebuah kisah, ada sepasang suami istri yang sangat mengharapkan kehadiran momongan. Setelah melalui berbagai macam usaha dan waktu yang lama, akhirnya mereka dikarunia seorang putera yang berparas tampan. Sayangnya, si anak menderita kelainan bawaan yakni penyusutan otot sehingga berdampak pada kaki yang lemah yang tidak cukup kuat untuk menopang tubuh yang bertumbuh.


 Kata dokter, "Bapak, ibu. Tidak ada cara lain untuk membuat putera Anda kelak bisa berdiri dan berjalan sendiri, yaitu dengan membiarkan dia berjalan dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Anda berdua harus tega demi masa depannya. Itu satu-satunya jalan jika kelak ingin melihatnya bisa berjalan sendiri". Sejak saat itu, dengan penuh sayang dan hati yang pedih, mereka setiap hari harus melihat putera kesayangan bersusah payah belajar berjalan, terjatuh, sakit, kadang terluka hingga menangis dan kemudian harus mulai bangkit dan berjalan lagi. Begitu seterusnya.


 Suatu hari, saat si anak berusia 9 tahun, terjadi peristiwa yang cukup tragis. Hari itu, udara begitu dingin, salju turun dengan cukup lebat. Jarak dari rumah ke sekolah kira-kira 1 kilometer. Saat sekolah usai, si anak sangat berharap orang tuanya akan datang menjemput dan membantunya berjalan pulang. Ditunggu-tunggu dengan cemas, hingga sekolah sepi, orangtuanya tak kunjung tiba. Hati anak itu pun dipenuhi dengan kekecewaan, kemarahan dan kebencian.





 "Papa Mama kejam. Jahat. Tidak sayang padaku. Membiarkan aku menderita. Aku benci mereka!!" sambil mengertakkan gigi, dia pun berjalan pulang dengan langkah terseok-seok. Jalanan tertutup oleh salju dan itu sangat menyulitkan untuk mengatur langkah kakinya yang lemah. Setapak demi setapak. Berkali-kali dia jatuh, kesakitan, memar dan bahkan berdarah. Setiap kali terjatuh, hatinya semakin sakit dan kebencian kepada orang tuanya makin membara. Tekad di dadanya bulat untuk membenci orangtuanya seumur hidup.




 Akhirnya...si anak tiba di depan rumah. Saat pintu dibukakan, ayah dan ibunya segera memeluk sambil menangis. "Anakku, kamu hebat sekali! Kami tahu kamu sangat menderita, kami melihat dari jauh setiap langkah dan kejatuhanmu, maafkan ayah dan ibu yang tidak membantumu. Tapi lihatlah ke belakang....bekas tapak kakimu di atas salju....dan itu adalah tapak kakimu sendiri, Nak. Kamu sendiri, berhasil melalui perjalanan sulit hari ini.


Ingat Nak, hari-harimu ke depan masih panjang dan tidak mudah, tetapi dengan kemampuanmu hari ini, papa mama yakin dan percaya, kamu akan bisa melaluinya, dengan percaya diri dan tanpa perlu bertopang kepada orang lain". Si anak pun segera larut dalam tangis bahagia. Karena ternyata orang tuanya bukannya tidak menyayangi tetapi mereka menunjukkan kasih sayang dengan membiarkan berjalan sendiri menyongsong masa depan yang akan dilaluinya nanti.


 Ketika anak mengalami kesulitan, cobalah untuk membiarkan mereka berdiri dan menemukan solusi. Biarkan mereka belajar dan berusaha. Justru keberanian untuk menanggung setiap kesulitan yang dihadapilah yang akan menjadikan anak kita sebagai pribadi yang tangguh, mantap, percaya diri, dan bertanggung jawab. Hingga kelak, tanpa kita, mereka akan bertumbuh sebagai manusia yang kuat dalam menghadapi problem yang muncul dan bisa menjadi pemenang dalam mengarungi lautan kehidupan ini.